Desember 19, 2007

susah ya........

Pulang kursus pengembangan pribadi di abhiseka training center. Saya memang sedang ikut kursus sejak akhir november ini. Bukan apa-apa. saya merasa pribadi saya benar-benar tidak menarik dan tidak berkembang. Saya pikir pasti akan sangat menyenangkan ikut kursus seperti itu. eh, siapa tahu saya bisa makin lebih baik. hehe
Atas rekomendasi Pak Riko (seseorang yang saya kagumi, tapi kadang saya ingin membunuhnya ), sayapun ikut kursus itu. mahal, sih, saya harus mengeluarkan 800 ratu ribu untuk 3 bulan pelatihan. Pertama kali datang ke kursus itu, saya sudah merasa tidak cocok dengan semua teman saya. Yang pertama, karena mereka kaya (saya memang membenci orang kaya, kecuali jika mereka menjadi konsumen saya, hehe). Yang kedua mereka tampaknya sudah memiliki kepribadian yang baik. dan yang terakhir, saya merasa sayalah yang paling miskin dan berkepribadian paling buruk di banding mereka. Tapi saya tahu, saya kan memang ingin jadi orang yang berkepribadian menarik, jadi ya, saya harus tahan dengan semua ketidaknyamanan ini.
Tetapi setelah beberapa kali kursus, lama2 saya makin nyaman dengan semua teman2 saya, ternyata enggak semua orang kaya itu brengsek. Dan yang pasti, saya sudah bertanya pada mereka, dan mereka sudah memastikan bahwa mereka tidak membuang sampah dari jendela mobil mereka. Pertanyaan aneh, ya,tapi saya percaya, kok, hanya orang brengsek yang membuang sampah dari mobil mereka ke jalan. istilahnya, mereka mampu membeli mobil,tapi tidak mau membeli moral, istilah pak Rikonya, pertumbuhan otak mereka lebih lambat daripada pertumbuhan uangnya. Jadi dengan alsan itulah, saya yakin mereka semua bukan orang brengsek.
Kursus hari pertama, saya diajari tentang kepribadian oleh seorang psikolog sekaligus dosen UGM, ibu Aisyah Indati. Pertama kali di ajar, saya langsung mikir gini, wah, pantes aja anak UGM pinter2, dosennya nyenengin gini. Duh...., jadi pengen kuliah di UGM, tapi pasti saya ga kuat untuk bayar2 disana. Kan hanya anak orang kaya yang mampu kuliah disana. Ibu ini membawakan materinya dengan sangat menyenangkan. Semuanya masuk ke otak dengan baik (tapi jangan tanya prakteknya, hehe). Saya diajari tentang kepribadian dan tetek bengeknya. sangat menyenangkan.
Kursus hari kedua, saya belajar ekspresi suara, di ajar oleh ibu Marta Sasongko, seorang presenter, mc, penyiar radio dan penyiar TV. Menyenangkan juga. Saya diajari cara berbicara dengan intonasi, artikulasi, speed dan cara yang bagus. Jadi ketahuan, betapa buruknya ngomong di hadapan orang-orang. Susah banget. Apalagi latihannya saya harus membaca 1 kalimat panjang dengan satu tarikan nafas. Susah banget, kan, mengingat betapa tambunnya saya. Akhirnya, saya jadi murid yang paling banyak koreksinya, dari bicara saya yang belibet, keburu-buru, nafas saya yang kurang teratur, dan pikiran saya yang terlalu tegang.
Diakhir sesi. Ibu Marta memutarkan film pendek yang bercerita tentang atlet2 cacat yang ikut olimpiade orang cacat. Saya sampai ikut meneteskan airmata waktu melihatnya. Pesan moral dari film itu adalah, orang-orang yang cacat itu saja bisa menghasilkan prestasai yang bagus, kok, jadi kenapa kita yang normal ini enggak? So, saya pikir, saya memang harus banyak belajar pada orang2 yang ada dibawah kita. Kita tidak bisa terus2an melihat ke atas. Kita harus sering2 melihat ke bawah, supaya kita bersukur dan meniru semangat juangnya (kayaknya nasehatnya paling cocok untuk saya, ya). Begitulah....

Desember 17, 2007

iseng saja

pernah terbayang enggak? kamu pake celana pensil (pensil? begitu teman2 saya bilang, padahal, menurut saya, enggak ada pensil2nya...), kamu jalan kaki melewati jalanan depan kos saya yang asli becek? kebayang g susahnya?
Sepupu saya pernah, jadi waktu itu dia mau main ke rumah (kamar) saya, mau minta diajari akuntansi. Si sepupu saya ini memang seorang yang sangat mengaku aptudet. sore itu Dia memakai celana pensil, kaos ketat se paha, tapi atasnya asli seksi banget, dan sepatu jeri. Padahal sih cuma mau ke kamar kos saya, dan sayangnya Jogja memang hujan terus tiap sore. Jadilah dia kehujanan dan basah kuyup begitu sampai di kos saya. Dan karena depan kos saya masih tanah (saya tinggal di kos2an untuk pedagang2, bukan kos2an mahasiswa...), dan karena celalanya ketat di bawah, sepupu saya ini tidak bisa menggulung celananya, akhirnya celana dan sepatunya yang super kecil itu kotor kena tanah basah.
Dan akhirnya di kamar saya, dia enggak jadi belajar akuntansi sama sekali. malah cuma mengutuk hujan dan tanah becek di depan kamar saya. yah, dia memang sebel, karena itu akhirnya dia jadi pulang tanpa penampilan yang keren lagi...
Saya jadi mikir2.
Si Nana itu (nama sepupu saya), tadinya bener2 mirip saya, Tadinya dia gendut, kriting dan item. Tapi karena ibunya lebih beruntung dari ibu saya, jadi tentunya lebih punya modal untuk mempermak dirinya, si Nana ini jadi lebih cepat bagus ketimbang saya. Dia rebonding satu bulan sekali, masih diet sampai sekarang, dan selalu membeli baju tiap ada model yang baru.
pas saya nanya,
"Na, apa g menyiksa pake celana kayak gitu, lha nanti kalo nemu wc jongkok, kan enggak enak banget eek, dengan posisi celana yang ketat kayak gitu?"
dan jawabnya,
"ya susah, mbak, tapi lha wong semua temenku pake model kayak gini, je..."
Saya hanya menghela nafas saja.
Oh, jadi kalo semua orang pake baju model ini, kamu juga harus pake baju model ini juga, jadi kalo semua orang berambut lurus, kamu juga harus lurus, kalo semua orang kurus kering, kamu juga harus ikutan kurang gizi kayak gitu?. Saya menghela nafas lagi, berapa lama sih, suatu mode itu bertahan, satu tahun? delapan bulan? enam bulan?. Kenapa sih selalu mengikuti apa yang para model pake? yang iklan selalu bicarakan? yang orang2 kenakan?. kalo memang oke, dan enggak menyiksa, dan enggak menghabiskan uang banyak sih oke. Lha kalo ternyata bener2 enggak nyaman di tubuh, kok ya masih dipake juga....
ah, whatever saja. orang memang punya hak untuk mementukan pakaiannya sendiri, memilih gaya rambutnya sendiri, dan memilih gaya hidupnya sendiri.
Mungkin hanya karena saya tidak bisa mengikuti gaya hidup mereka saja, saya jadi sok peduli dan sok mengkritik begini. Saya kan memang belum pernah kaya.....
Tapi kok ya tega mereka yang setia- mengikuti -apa- yang- mereka- lihat- dan- apa- yang -mode -katakan, ini menghabiskan berpuluh2 ribu bahkan beratus-ratus ribu hanya mengikuti apa yang kata orang mode? sementara saudara-saudaranya ada yang masih bahkan untuk membeli seragam sekolah untuk ganti saja tidak bisa, membeli buku cetak pelajaran juga tidak bisa, bahkan jajan di kantinpun tidak mampu karena memang tidak punya sangu.
uhuh
Saya kadang kalo pas menyenangi sesuatu juga enggak inget. Tapi saya selalu mencoba hanya membeli barang yang benar2 saya butuhkan, bukan barang yang orang lain pake. semoga saya konsisten
hihi
Seperti tekad saya, saya tidak masuk ke mall, kecuali saya diharuskan masuk kesana. hehe
Jadi ideais memang susah. Karena sekarang banyak sekali fasilitas umum yang pindah tempat di mall, seperti bayar telpon dan listrik. Tetaaapi untuk urusan membeli barang2 kebutuhan sehari-hari, saya lebih mengandalkan warung sebelah kos dan mbok2 di pasar talok, daripada di carrefour, hero atau diamond. coba, kalo uangmu hanya segitu, dan kamu disuruh membeli sayuran pada embok2 dipasar, yang kamu tau dia brangkat naik sepeda ke pasar, atau membeli di rak sayuran supermarket, yang pemiliknya adalah pemilik banyak jaringan super market di Indonesia, kamu akan pilih yang mana?
kalo saya sih, pilih si embok, yang jelas2 lebih membutuhkan.

Tapi entahlah, sekali lagi, saya kan belum pernah kaya, jadi wajar kalo saya jadi sinis gini........

Desember 06, 2007

cerpen (cerita untuk orang pendek)


Seperti lilin
Oleh: meika

Ia mencintai seperti lilin, sampai-sampai Ia mengorbankan dirinya sendiri untuk cintanya itu. Lihat, ia meleleh, mencair, hingga menjadi cairan putih yang membeku, supaya ruangan disekelilingnya terang. Dan Ia melakukannya dengan senang hati.

“Nah, pas aku sudah mau duduk di kursiku, tiba-tiba gubrak, aku terjatuh dari kursiku, dan akhirnya aku nyungsep dengan sukses di bawah meja, hehe”
Ia bercerita sambil tertawa, menampilkan gigi putihnya yang tersusun rapi. Tubuhnya ikut bergoyang seirama tawanya. Aku hanya memandangnya dengan takjub, melihatnya tertawa seperti ini memang hal yang istimewa, meskipun Ia tertawa, bercanda dan tersenyum setiap saat. Tapi sungguh, setiap tawanya menggetarkan hatiku, meruntuhkan setiap kekesalan hati, keputusasaan, kesedihan, dan kepenatan hari2ku.
Dia adalah Nay, Gadis manis yang sudah lama sekali menjadi teman sekelasku. Sejak SMP, SMA, kuliah, Ia selalu menjadi temanku. Bahkan sampai aku tidak kuliah, sampai semua teman bosan menjengukku, ia tidak pernah lelah. Ia selalu menemaniku.
“Nay, kalo kamu repot, dan setiap hari kamu terlambat di kampus, Kamu tidak perlu kesini setiap hari. Aku gak mau kamu terlambat setiap hari.” Kataku sambil memulaskan cat warna krem di pipi lukisan gadisku.
Nay melemparkan rambut panjangnya kesamping sambil tertawa.
“Santai saja, Yan, aku kan mahasiswa terpandai di kampus, Kalo Pak Dosen memberiku nilai C untuk mata kuliahnya, aku pasti tuntut dia sampai pengadilan negeri. Hahaha.”
Dan Ia tersenyum lagi.
Aku hanya mengangkat bahuku. Selain cantik, Ia memang seseorang yang teguh hati, Ia tidak suka dilarang dan di tentang-tentang.
“ Yan, lukisannya sudah jadi belum? Aku capek nih. “
“ Tunggu dulu. Aku hanya tinggal memberi warna pada rambutmu.”
Kami memang sedang melukis. Atau tepatnya, aku melukis, dan Nay yang menjadi modelnya. Kami sedang ada di halaman belakang rumahku, melukis sambil menanti matahari tenggelam. Kami sering sekali menghabiskan hari-hari berdua seperti ini. Kadang Nay menemaniku melukis, kadang aku yang menemani Nay belajar.
Hari ini Nay mengenakan Blus tanpa lengan berwarna biru muda dan Rok panjang warna biru tua. Ia memang sangat menyukai warna biru. Katanya warna biru selalu mengingatkannya pada benda yang besar, seperti laut dan langit. Katanya ia ingin memiliki hati yang seluas langit dan lautan. Luas, dan tanpa batas. Sehingga Ia selalu mempunyai maaf tanpa batas. Sabar tanpa batas, dan kerelaan hati yang tanpa batas pula. Begitulah filosofi biru menurutnya. Kadang aku belajar banyak padanya.
Aku memutar kursi rodaku, meletakkan paletku pada meja kecil di sampingku.
“Nay, dah selesai tuh “ Kataku padanya.
Mata Nay berbinar dan Ia segera menghampiri kanvas tempat melukisku, yang sekarang sudah tampak sesosok gambar gadis manis disana. Ya, gambar itu memang menggambarkan sosok Nay, Gadis dengan senyum jenaka, kulit sawo matang, rambut panjang lurus yang tertiup angin, serta tatapan mata yang bersemangat dan penuh energi.
“Wah, bagus banget. Masak sih, Yan, aku secantik ini? Perasaan aku lebih cantik, deh.” Katanya bercanda.
“Sudahlah, jangan narsis. Itu saja sudah aku lebih-lebihkan. Aslinya kamu enggak secantik itu. “ jawabku sambil mengelap tanganku yang sudah kucuci, pada lap bersih yang dibawa nay dari dapur rumahku.
“ Wah, kamu tuh, jangan bohong dong. “ Kata Nay sambil mendorong Kursi rodaku.
Ya, kursi roda, Sudah 3 tahun ini aku berteman dengannya. Sejak kecelakaan di batas kota. Tadinya aku memang membencinya, tapi lama-lama aku menjadi sahabat kursi roda ini. Bahkan aku bersukur ada orang yang menemukan kursi roda ini. Jika tidak, bagaimana caraku mengenal dunia setelah aku kehilangan sebelah kakiku?
Aku masih ingat hari itu. Hari saat masih ada Alisa di sampingku. Saat aku masih jadi anak baru di kampus. Anak baru yang populer. Bahkan bisa dibilang pangeran kampus. Hari itu aku hendak mengantar Alisa pergi ke sebuah butik baru yang ada di luar kota. Alisa memang menobatkan dirinya sebagai trensetter. Ia harus jadi yang pertama. Dia harus memiliki baju model ini yang pertama. Atau sepatu ini yang pertama. Atau tas ini yang pertama. Kadang ia menyebalkan. Tapi sebagai gadis paling cantik di kampus, Dia memang pantas diperebutkan. Dan tentunya, akan sangat terhormat bila bisa memilikinya. Begitu juga denganku
Tapi mungkin memilikinya tidak membuatku beruntung. Hari itu kami begitu tergesa. Alisa tidak ingin terlambat sampai di butik itu. Hingga akupun ngebut. Akhirnya mobil yang kukendarai dengan alisa menabrak pohon besar di pinggir jalan. Aku hendak menghindari sebuah truk, tetapi malah kami sendiri yang tergelincir. Kami selamat. Alisa tidak kekurangan suatu apa. Tapi kakiku luka dan harus diamputasi. Dua-duanya.
Saat itu sepertinya hidupku sudah berakhir. Karirku sebagai pangeran kampus lenyap sudah. Alisa sudah bukan miliku lagi. Ia tidak mau jadi pacar cowok cacat sepertiku. Teman-teman meninggalkanku. Mulanya memang mereka semua rajin menjengukku. Tapi siapa yang tahan Berbincang dengan orang yang tak punya masa depan sepertiku?
Hingga hanya Nay yang tersisa. Ia yang matanya selalu sembab setiap kali aku marah pada semua takdirku. Ia yang selalu menangis kala aku kesakitan. Ia membantuku naik ke kusi roda. Menurukanku dari kursi roda. Mengajakku kemana-mana. Sehingga aku tidak seperti orang cacat lagi. Ia memperlakukanku seperti manusia normal. Ia memarahiku kala aku salah. Mencandaiku kala aku sedih, dan melakukan apapun yang kiranya aku tidak bisa lakukan sendiri. Dan yang pasti ia menemaniku. Tidak meninggalkanku kala semua orang enggan berteman denganku.
“Nay, habis lulus kamu mau kemana?” tanyaku pada Nay, Ia mendorongku keluar dari halaman belakang.
Ia tidak menjawab. Ia berjalan mendahuluiku untuk membuka pintu pagar. Dan kembali mendorong kursi rodaku. Langkanya riang.
“ Aku nggak akan pergi-pergi. Aku mau menemani Yan saja. Nanti biar aku mengajar di kampus kita. Biar aku gak jauh-jauh dari Yan.” Jawabnya
“Nay, kamu enggak bisa begitu. Kamu gadis cerdas. Pergilah ke jakarta, atau ke luar negeri, kamu harus berkembang. Tidak hanya terus2an di kota kecil ini.”
“Yan…” Ia berhenti. Memetik sebuah bunga yang tumbuh di trotoar
“ Apa sih yang kita cari dari kehidupan ini?” Tanyanya
Aku menggeleng.
“Kalo aku, Yan, aku hanya ingin hidup bahagia saja. Dan aku paling merasa bahagia bila aku bisa membantu orang lain.”
Aku jadi terdiam. Ingat akan celoteh2nya, cerita-ceritanya, dan semangat hidupnya yang Ia tularkan padaku. Nay tidak pernah marah bila aku tidak menghabiskan buburku. Ia hanya akan bercerita, bahwa ketika kecil dulu, Ayam-ayamnya sering mati kalo ia tidak menghabiskan makannya. Dan akupun tertawa, kemudian nafsu makan datang lagi.
Dulu pada saat aku hancur. Nay mendatangi Alisa. Memintanya datang menjengukku. Tapi Alisa menolak. Ia hanya menelponku. Mengatakan bahwa aku tak perlu lagi menyuruh Nay untuk memintanya datang. Karena pacar barunya pasti akan marah. Waktu itu aku marah sekali pada Nay. Aku malu sekali. Aku tak mau mengajak Nay bicara. Tapi Nay terus datang. Berkali-kali minta maaf dan Ia berkata, bahwa ia tidak ingin melihatku bersedih. Ia benci melihat airmataku.
“Nay, kalo kamu terus terusan membantuku, kapan kamu akan membantu dirimu sendiri? Kapan kamu punya pacar, menikah dan punya anak? Yang ada juga cowok2 akan memandangmu aneh, karena kamu sering pergi dengan orang tanpa kaki.” Aku berkata padanya. Sambil memandang orang-orang normal yang berjalan dengan orang normal juga.
Nay mendorong kursi rodaku melewati deretan bunga-bunga mawar.
“Aku enggak Harus pacaran, menikah dan punya anak. Gak ada yang mengharuskan aku begitu. Aku senang begini. Aku hanya melakukan hal yang ingin kau lakukan. Bukan yang orang kebanyakan lakukan. Mungkin, aku akan menikah, tapi jika Yan sudah menikah.”
Nay memang seperti itu. Saat aku benci sekali dengan keadaanku yang seperti ini, nay malah berkata bahwa aku seharusnya bersukur. Aku disuruh melihatnya berjalan bolak balik sampai ia kecapean. Setelah itu ia mendorongku bolak balik dengan rute yang sama seperti yang ia tempuh. Aku menyuruhnya berhenti karean nafasnya sudah ngosngosan. Setalah itu Ia bertanya, apakah aku capek. Tentu saja kujawab tidak. Aku kan hanya duduk di kursi. Lalu ia berkata, bahwa itulah enaknya orang yang naik kursi roda. Tidak pernah capek. Tentu saja aku tertawa mendengarnya.
“Tapi bagaimana jika aku enggak nikah, Nay? Apa kamu juga enggak akan nikah?” Tanyaku.
Nay berhenti berjalan. Ia memutari kursi rodaku. Kini Ia ada dihadapanku. Ia membungkuk dihadapnku.
“Tidak. Aku enggak akan menikah. Kecuali….” Dan Bola matanya berputar
“Kecuali apa?” Tanyaku
“Kecuali Yan mau menikah denganku”
Kami memang tidak pernah berkomitmen. Sejak kami jadi teman sekelas, sampai saat ini. Nay tidak pernah mengatakan apapun padaku. Dia hanya memberiku perhatian, kasih sayang dan ketulusan. Tapi Ia tidak pernah meminta apapun. Aku pernah berpikiran untuk menjadikannya kekasihku. Tapi waktu itu keadaanku sudah buntung. Sesayang-sayangnya aku pada Nay, aku tidak akan pernah mengikatkan dirinya pada orang cacat sepertiku. Tapi bila keadaanya begini?
“Nay, itu enggak mungkin. Kamu normal, sehat, cerdas dan terpelajar. Mau jadi apa bila kamu menikah denganku. Aku kan Cuma orang cacat. Paling yang aku bisa hanya melukis. Tidak bagus pula.”
Nay berlutut di hadapanku. Ia memegang ke dua tanganku
“Aku senang menjadi nyonya Yan, dan bagiku, Yan itu orang normal, makan nasi, bagai baju, punya hidung dan mulut. Memangnya bagi Yan, Nay ini enggak pantas jadi istri Yan? Apa semua yang Nay lakukan kurang bagi Yan? Maaf, Yan, hanya itu yang bisa Nay lakukan. Nay enggak punya apa-apa. Nay hanya punya cinta. Nay juga bukan lilin, yang menyinari ruangan tanpa meminta balasan apa-apa, bahkan sampai mengorbankan tubuhnya sendiri. Nay hanya manusia. Kadang Nay juga capek, tapi Nay meminta balasan. Dan Nay cuma ingin balasan yang berupa kebahagiaan. Nay bahagia jika bersama Yan.”
Ia menatapku, mata tajam itu tampak berkaca-kaca. Bagiku ia adalah lilin. Mungkin lilin yang berwarna biru. Ia mengorbankan dirinya sendiri. Seharusnya ia bahagia, hidup dengan manusia normal lainnya. Punya karier dan kehidupan yang bagus. Dan bayangan itu dimataku adalah bukan aku disampingnya. Tapi jika ia telah memasrahkan kebahagiaanya padaku?
Genggaman tangan Nay semakin erat. Dan aku membalas genggaman itu dengan lebih erat…..

Catatan: Waktu akan membuat cerpen ini, ide saya adalah gambar lilin di blognya ratih, tapi pas cerpennya selesai, dan saya membacanya 2 kali, Saya jadi inget cerita yang dituturkan asma nadia, yang berjudul cinta lelaki biasa. Mirip ya? Tapi saya g nyontek, pas bikin kepikiran pun tidak.

Desember 04, 2007


berbicara dan meludah harus dibedakan,

berbicara melewati hati dan intelektual,

meludah hanya dari mulut

Tukang Bakpao

Hari Sabtu, siang hari

Saya baru saja pulang dari Bandar Udara Adi Sucipto, Jogja, ikut juragan saya menyampaikan surat penawaran perawatan marmer dan parquet. Saya pulang lewat jalan solo. Lurus terus sampai jembatan layang janti. Disana kebetulan lampu merah, jadi saya berhenti, saya ada di urutan belakang waktu itu. Di depan saya banyak mobil dan motor yang berhenti menunggu giliran. di sebelah kiri juga ada seorang pengemis tua yang sedang meminta-minta. diantara banyak motor dan mobil itu, ada juga seorang pedagang bakpao yang mengendarai sepeda tuanya, seperti si pedagang itu juga sama tuanya dengan sepedanya. Ia juga ikut ngantri menunggu lampu menjadi hijau lagi.
Gak sampai setengah menit saya menunggu, lampu sudah menjadi hijau lagi. Semua kendaraan segera bergerak maju melanjutakan perjalanannya. Semua melewati si pengemis dengan cueknya. semuanya bergerak dengan cepat. Sampai si pedagang bakpao tiba di depan si pengemis. Dan iapun memberikan uang seribunya pada si pengemis. Saya kaget. Tapi buru2 saya mendahului pedagang bakpau itu.
Setelah jaraknya saya pandang pas, saya meminta Bapak tukang Bakpau itu berhenti, sayapun membeli bakpaunya, lumayan untuk makan siang, saya juga sedang berhemat akhir2 ini. Saya mengajaknya ngobrol sebentar. Suparman nama bapak itu. Rumahnya ada di pingit, atau jalan kyai Mojo, dekat jalan godean. Ia berangkat dari pukul jamm 9 pagi. Dan ini Ia hendak pulang. Bakpaunya tinggal sedikit. Hari ini lumayan laris katanya. Ia punya 5 orang anak. semuanya sudah menikah, dan tinggal dengan suami dan istri masing2. Ia sudah berjualan Bakpau sejak 20 tahun yang lalu. Ia sudah muter2 keliling Jogja. Dan Ia senang menjalani pekerjaannya. Begitulah pembicaraan saya dengan Pak Suparman.
Yang membuat saya heran, kok ya dia peduli banget ya dengan seorang pengemis yang meminta2 di jalan itu. Padahal, banyak orang yang g peduli. Bahkan apriori dengan mereka. Tapi Pak Parman ini malah dengan tulus hati memberikan 1000nya pada si pengemis. Ia pasti tulus. Kalo tidak, untuk apa Ia yang sedang enak2 naik sepcda turun dan memberikan uang nya?. Wong yang tinggal buka jendela dan melemparkan 100 annya aja males. Padahal kan penghasilannya kan g banyak. pasti lebih banyak orang2 yang pake mobil itu ya?. Kadang mereka memang mampu beli mobil. Tapi mungkin mereka enggak mampu beli hati.
hmmmm
Memang sekarang dunia ini terbolak-balik ya, yang gampang cari uang malah pelit. Eh, yang uangnya terbatas malah dengan senang hati menyumbang. Saya jadi sadar, saya juga sering sekali berpelit-peliti ria. bahkan saya sering sebel dengan para pengemis di pinggir jalan. Mungkin saya bisa belajar dari pak parman. bahwa hidup itu g perlu banyak2 berpikiran buruk. Kalo pengen beri ya beri aja. Karena kalo pikiran kita cukup sampai disini. pasti kita iklas. Tapi......, kadang2 kan......
Whatever......
Saya cuma ingin menceritakan tentang tukang bakpau yang baik ini. Yang belum tentu bila kita ada di posisinya kita akan melakukan hal yang sama.


untuk pak Parman, smoga laris ya, pak Bakpau, ya, kemarin Bakpau isi ayamnya mak nyussss, uenak tenan

Desember 01, 2007

(prosa) menggebuk hari

Lelah rasanya,
menggebuk hari, berjuang meraih mimpi
setiap lembaran terbuka
dan kita tak pernah tau apa yang tertulis disana
rasanya ingin berhenti,
duduk
atau berbaring
berharap semua mimipi akan menjadi kenyataan di esok hari
tanpa ada keringat
ada air mata...

seandainya semua orang tak perlu bekerja
dan semua kebutuhan terpenuhi
seandainya tak ada benda bernama uang
seandainya masa depan bisa dilihat hari ini

ketika kaki memanas
ketika ubun2 rasanya mau pecah
ketika tangan terasa terbakar
dan keringat membanjir

hmmmmp
rasanya ingin berteriak
marah pada semua orang
pada semua kenyataan

tapi ketika
suatu saat aku bertemu dengan
orang yang lebih susah dari akku
rasanya seperti ada hawa sesak yang mendesak di hati

rasanya seperti ada palu yang memukul kepalaku
rasanya seperti ada yang mengetuk2 hati

dan tiba2 penyesalan berkelebat dalam relung hati
aku kurang bersyukur
tidak pernah berterima kasih pada apa yang telah aku dapat
selalu merasa kurang
tidak peduli pada orang lain
seperti ada raksasa bernama kesombongan yang menutupi bayang2 ku

Dan tak tersa air mataku turun satu tersatu
ingat pada pulsa yang kuhabiskan dengan percuma
ketika orang lain kesulitan mencari makan
Ingat pada sumpah serapahku pada panasnya matahari
padahal ada orang lain yang berjalan kaki di tengah panas
Ingat pada rasa iriku pada orang2 berdasi
padahal banyak orang yang tidak bisa bekerja
Ingat pada keluhanku pada capeknya tanganku
Padahal ada orang yang tak punya tangan
Ingat betapa aku sering marah pada mataku yang sipit
padahal banyak oran gyang tak bisa melihat

Aku tiba2 ingin bersujud
Alhamdulillah
aku mengucapkannya tulus dalam sujudku
berterima kasih atas karunia yang tak henti aku terima

mungkin aku tak bisa melakukan banyak hal besar untuk orang2 disekitarku
tapi mungkin aku bisa tersenyum pada semua orang
mungkin aku bisa menyapa semua orang
mungkin bisa menceritakan kisah lucu pada setiap anak kecil

Hal2 kecil yang tak pernah terlintas sebelumnya
hal2 kecil yang tak pernah kulakukan
karena aku terlalu sibuk memikirkan kekuranganku

Alhamdulillah
seperti ada hawa sejuk yang memenuhi hati
sepertinnya sendi2 mulai lemas setelah tegak berdiri

Aku hanya ingin bahagia
dan aku paling mersa bahagia
bila melihat orang lain bahagia......


Have a nice day.......................

artikel

Sebelum Kamu Mengeluh..
1. Hari ini sebelum kamu mengatakan kata-kata yang tidak baik,Pikirkan tentang seseorang yang tidak dapat berbicara sama sekali
2. Sebelum kamu mengeluh tentang rasa dari makananmu, Pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.
3. Sebelum anda mengeluh tidak punya apa-apa Pikirkan tentang seseorang yang meminta-minta dijalanan.
4. Sebelum kamu mengeluh bahwa kamu buruk,Pikirkan tentang seseorang yang berada pada tingkat yang terburuk didalam hidupnya. Pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Tuhan untuk diberikan teman hidup
6. Hari ini sebelum kamu mengeluh tentang hidupmu,Pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat
7. Sebelum kamu mengeluh tentang anak-anakmu,Pikirkan tentang seseorang yang sangat ingin mempunyai anak tetapi dirinya mandul
8. Sebelum kamu mengeluh tentang rumahmu yang kotor karena pembantumu tidak mengerjakan tugasnya,Pikirkan tentang orang-orang yang tinggal dijalanan
9. Sebelum kamu mengeluh tentang jauhnya kamu telah menyetir,Pikirkan tentang seseorang yang menempuh jarak yang sama dengan berjalan
10. Dan disaat kamu lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu,Pikirkan tentang pengangguran,orang-orang cacat yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti anda.
11. Sebelum kamu menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain,Ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa.
12. Dan ketika kamu sedang bersedih dan hidupmu dalam kesusahan,Tersenyum dan berterima kasihlah kepada Tuhan bahwa kamu masih hidup !
Life is a gift
Live it...
Enjoy it...
Celebrate it...
And fulfill it.
13. Cintai orang lain dengan perkataan dan perbuatanmu
14. Cinta diciptakan tidak untuk disimpan atau disembunyikan
15. Anda tidak mencintai seseorang karena dia cantik atau tampan,Mereka cantik/tampan karena anda mencintainya.
email dari teman

Film bagus (kayaknya)

Film Ayat-Ayat Cinta direlease 19 Desember 2007 (Novel Habiburrahman El Shirazy)

GENRE :
Drama Religius Roman/Percintaan
PEMAIN :
Fedi Nuril, Rianti Cartwright, Sazkia Mecca, Melanie Putri, Carrisa Putri, Surya Saputra, Oka Antara
SUTRADARA :
Hanung Bramantyo
PENULIS NASKAH :
Salman Aristo & Ginatri S. Noer dari Novel Karya Habiburrahman El Shirazy
PRODUSER :
Manooj Punjabi
RUMAH PRODUKSI :
MD Pictures
DURASI :
-
KLASIFIKASI PENONTON :
13 Tahun Keatas (13+)
TANGGAL RILIS :
19 Desember 2007
SINOPSIS :
Fahri bin Abdillah (Fedi Nuril) adalah seorang mahasiswa S2 di universitas Al-Azhar Cairo, Mesir. Selama ini perempuan yang dikenal dekat olehnya hanya ibu dan neneknya. Fahri memang sempat naksir seorang perempuan di sekolahnya namun apalah arti cinta monyet yang dipengaruhi oleh hormon testoteron seorang remaja puber?
Menikah. Fahri memang ingin menikah dengan perempuan shalehah agar menyempurnakan setengah agamanya. Namun untuk mencari bidadari itu Fahri belum sempat. Hidup Fahri penuh dengan target. Keluarganya telah mengorbankan nyaris segalanya agar dia bisa mendapatkan pendidikan yang baik. Biaya untuk kuliah di Al-Azhar Mesir didapat dari hasil menjual sawah warisan dari kakeknya. Untuk itu Fahri membuat peta hidup: 2 tahun selesai master, 4 tahun selesai doktor dan 4 tahun selanjutnya menjadi guru besar. Menikah ketika dia menulis tesis magister. Berarti sekitar waktunya semakin dekat...... tapi siapa perempuan beruntung itu?
Ada cerita tentang Maria Girgis (Carissa Putri) seorang Kristen Koptik yang berprilaku amat Islami, senang membaca Al-Quran bahkan hafal surat Maryam dan Al-Maidah. Lalu ada Nurul (Melanie Putri), seorang mahasiswi Indonesia di Al-Azhar juga. Pintar, baik hati, cantik, sibuk menjadi ketua Wihdah namun masih mau mengajar anak-anak membaca Al-Quran, terlebih lagi putri tunggal seorang pengasuh pesantren besar di Jawa Timur. Nurul diam-diam mencintai Fahri. Namun tak pernah punya keberanian untuk mengatakan atau memberi sinyal kepada Fahri.
Kemudian Noura (Sazkia Mecca), tetangga depan flat Fahri, adalah seorang perempuan cantik yang mengalami kekerasan dalam rumahnya oleh ayahnya: Bahadur. Sejak Fahri menolongnya keluar dari rumah itu dengan bantuan Maria dan Nurul, Noura pun jatuh cinta dan mengirimkan surat cinta kepadanya.
Tapi... masih ada lagi.
Fahri mengenal gadis terakhir ini di metro. Fahri menolongnya dari amukan warga Mesir karena gadis bercadar ini tak tega dan memberikan kursinya kepada seorang ibu warga Amerika yang kepanasan. Sedangkan penumpang yang lain menganggap kalau sekarang waktunya mereka memberikan pelajaran bagi turis Amerika itu atas apa yang dilakukan oleh negaranya.
Dan siapakah perempuan itu? Bagaimana dengan perempuan-perempuan lain yang menaruh hati pada Fahri? Bagaimana dengan akhir cerita cinta yang religius ini....???

WEBSITE :http://www.mdpictures.net/index2.htmlREKOMENDASI :
Novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy ini merupakan novel fenomenal. menjadi best seller dan kisahnya menginspirasi banyak remaja muslim. Keputusan MD Pictures untuk mengangkatnya kelayar lebar dan menginterpretasikan cerita dalam novel untuk konsumsi masyarakat umum membuahkan pertanyaan besar yang akan terjawab pada 19 Desember nanti, akankah memuaskan para penonton yang sudah membaca novelnya atau malah gagal menjadi sebuah film adaptasi? dan bagaimana dengan penonton yang belum pernah membaca novelnya, akankah memberikan pengalaman yang berbeda ?